Ketika Aku Jatuh Cinta




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 18 November 2015

Hujan mulai menaungi tempatku berpijak. Aku terjebak tak dapat bergegas pulang melepas lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah. Ingin rasanya aku berlari menerobos hujan. Tapi, dengan seragam putih abu dan seluruh isi tas, menjadi faktor terkuat untuk mengurungkan niatku. Dan di sinilah aku, berdiri sendiri di pelataran toko menanti tangisan sang awan mulai reda.
Hujan memang tak pernah meminta izin untuk mengunjungi bumi. Selalu saat aku tak sedia payung ia malah turun, saat aku sedia payung tak ada sedikitpun tanda kehadirannya. Sama seperti cinta, datang tiba-tiba bahkan saat kita tak berharap kehadirannya. Cinta kini sedang mengunjungiku. Akhir-akhir ini ada seseorang yang membuat jantungku berdegup cepat saat dia menyebut namaku. Rasanya mata ini tak pernah lelah merekam setiap gerak-geriknya, dan ruang di otak ini tak pernah penuh menyimpan setiap kata yang dia ucap.
Selama penantianku yang dipenuhi oleh bayang-bayangnya, tiba-tiba aku melihat sesosok pria tinggi memakai seragam putih abu berlari menerobos hujan ke arahku.
“Hai Cit,” sapanya. Kini dia berdiri tepat di sebelahku dengan tubuhnya yang basah. Aku mengenalinya, sangat mengenalinya. Dia teman kelasku, Kevin namanya. Pria pemilik mata indah yang kini sedang memenuhi setiap sudut otakku.
“Hai, kok basah gitu, kamu dari mana?” tanyaku.
“Iya nih, tadinya mau ketemu Bella di halte, tapi pas udah nyampe sana dia baru sms kalau dia udah pulang dijemput sopirnya,”
Katanya-katanya seperti menamparku. Aku harus sadar kalau dia tak sendiri. Namaku tak terukir dalam hatinya, ada orang lain di sana. Di depannya aku selalu tersenyum setiap mendengar cerita betapa bahagia dia habiskan hari dengan kekasihnya, dan di depannya aku akan selalu siap dengan seribu solusi setiap mendengar cerita bahwa hubungannya sedang dalam masalah. Apakah cinta salah memilih orang? Sepertinya tidak, karena tak ada yang salah dalam cinta.
Hujan semakin deras, udara pun semakin menusuk tulang. Dia menggigil, bajunya yang basah membuat dia semakin kedinginan. Aku membuka jaket rajutku, meski tak akan muat, setidaknya jaket ini bisa sedikit menghangatkan tubuhnya.
“Baju kamu basah, kayaknya kamu lebih butuh jaket ini dari pada aku,” Dia mengambil jaketku, tapi tidak dia pakai, dia malah memakaikannya kembali padaku.
Dia bilang “Jangan dibuka jaketnya, nanti kamu kedinginan.”
Dia menggosok-gosok tangannya, lalu menggenggam tanganku. Terus dia ulangi, sampai terasa hangat di tangan. Genggaman tangannya tak lepas, dia malah semakin erat menggenggam tanganku. Rasanya aku ingin agar waktu berhenti saat itu juga. Sampai tiba-tiba kilat menyambar, aku kaget. Tanpa sengaja, aku bersembunyi di balik dadanya. Tak ku sangka, dia memelukku. Dia mengusap rambutku. Dia tertawa kecil, sambil berkata “Tenang, kamu aman bersamaku.” Aku segera berbalik. Tak ingin dia merasakan betapa kerasnya jantungku berdegup. Cinta ini semakin menjadi, aku tak bisa lepas, malah semakin terjerumus. Perhatiannya menjadi candu buatku. Sapaan riangnya, menjadi suplai semangatku. Ah! dia, selalu buat aku jatuh cinta.
Untuk seseorang yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam pikiranku.
Cerpen Karangan: Malameo