CINTA TAK SAMPAI

Aku mempunyai dua orang sahabat wanita yang keduanya memiliki sifat yang berbeda. Mereka adalah Riza dan Shinta. Riza merupakan wanita manis yang ramah, ringan tangan, mudah bergaul sifatnya baik, berjilbab, empati dan sungguh dia akan menjadi wanita yang sempurna apabila mampu menjadi wanita yang amanah dalam menyimpan rahasia karena selama ini ia sangat kesulitan dalam menjaga rahasia ini. Sementara Shinta adalah wanita yang berbadan besar seperti lelaki (tomboy) keras kepala, egois, namun mempunyai kesetiaan yang luar biasa terhadap orang-orang yang dicintainya. Kami bertiga sudah berteman lama mulai dari kecil hingga saat ini, kami pun sekolah dan kuliah ditempat yang sama. Aku mengetahui bagaimana karakter Riza maupun Shinta, walaupun keduanya memiliki karakter yang berbeda tapi bagaimanapun juga Riza dan Shinta tetap sahabatku.
Pada suatu hari aku sedang jalan bersama kedua sahabatku kesalah satu tempat dimana kita berkumpul, bercanda, tertawa sampai tidak kenal waktu dan tempat itu adalah pantai, pantai merupakan tempat yang kita sukai karena pantai merupakan tempat yang indah jika dipandang oleh kedua mata kita. Setelah kami bermain dipantai, kamipun langsung pulang kerumah masing – masing sambil bercanda, tapi setelah kita bertiga sampai di depan rumah Riza, kitapun terkejut dengan apa yang kita lihat, bahwa orang yang Riza sayangi ( mama ) telah meniggal dunia karena terkena penyakit kanker rahim, Rizapun menangis tanpa henti sedangkan aku dan Shinta juga ikut menangis karena merasa kehilangan sosok mamanya Riza. Setelah pemakaman ibunda Riza, aku dan Shinta beserta keluarga kumpul di rumah Riza  tapi sayangnya Riza tidak keluar kamar, melainkan Riza hanya bisa menangis di dalam kamar yang ia kunci. Sementara aku, Shinta dan sekeluarga pun mengerti dengan kesedihan yang dialami  Riza, karena ayahnya meninggal sudah 10 tahun yang lalu dan kini Riza telah ditinggalkan ibunda tercinta untuk menghadap sang Illahi, saat ini Riza hidup sebatang kara  tidak memiliki ayah dan ibu. Tiga bulan setelah meninggalnya ibunya, ia menjadi wanita yang tidak bisa menjaga rahasianya ataupun rahasia teman – temannya, Riza selalu membongkar rahasia aku, bahwa aku dulunya adalah seseorang yang tidak bisa setia dengan wanita, Riza membongkar semua rahasia aku di hadapan Shinta. Sungguh hati ini ingin marah kepadanya tapi aku tidak berani karena aku menyayanginya, sementara Shinta yang mendengar perkataan dari Riza, Shinta menganggap bahwa apa yang dikatakan Riza itu semua tidak berarti untuk Shinta, karena Shinta mengerti bagaimana sifat Riza yang sesungguhnya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun semua kita jalani bersama, entah mengapa selama aku berteman lama dengan Riza dan Shinta, perasaan dalam diriku sedikit demi sedikit menjadi banyak, seperti perasaan yang begitu dalam kepada Riza maupun Shinta. Akupun bingung sebenarnya bagaimana harus mengungkapkan perasaanku terhadap Riza dan Shinta bahwa aku sangat mengagumi mereka, tapi jika aku mengatakan kepada mereka mungkin mereka akan terkejut mendengarnya dan mungkinkah persahabatan kita akan hancur jika aku mengatakannya, karena dahulu kita pernah berjanji bahwa aku, Riza dan Shinta tidak boleh jatuh cinta di dalam persahabatan kita. Aku hanya bisa mencurahkan perasaanku kepada Riza dan Shinta melalui selembar kertas.
Aku sudah berumur 28 tahun dan sudah saatnya aku mencari wanita idaman yang akan menjadi istriku nanti, Riza dan Shinta berumur 26 tahun tapi apakah mereka ingin untuk menjadi bagian dari hidupku nanti. Sedangkan aku sudah berteman lama denganmu Riza dan Shinta, kalian memang mamiliki karakter yang berbeda. Seperti Riza merupakan wanita manis yang ramah, ringan tangan, mudah bergaul sifatnya baik, berjilbab, empati. Aku sesungguhnya mendambakan dirimu untuk menjadi istriku tetapi sayangnya Riza tidak bisa menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi maupun rahasia orang lain, tetapi jika aku menginginkan Riza untuk menjadi istriku, aku tidak yakin akan bertahan lama. Sedangkan Shinta mempunyai karakter wanita yang berbadan besar seperti lelaki (tomboy) keras kepala, egois, namun mempunyai kesetiaan yang luar biasa terhadap orang-orang yang dicintainya. Sejujurnya aku mencintai Shinta tapi ada sesuatu yang tidak aku sukai darinya seperti sifat keegoisan, tomboy dan keras kepala, ternyata memang benar ya bahwa pepatah berbunyi bahwa manusia tidak ada yang sempuna kecuali Allah SWT. Lantas siapa kah yang akan menjadi istriku nanti ya Allah?.
Setelah aku menulis sesuatu di selembar kertas putih yang bersih  kemudian aku menyimpannya di salah satu tempat dimana Riza dan Shinta tidak akan mengetahuinya, tempat itu adalah dilaci samping tempat tidurku. Seminggu setelah aku menulis perasaan ku di sebuah lembar kertas, aku mendengar berita dari Shinta bahwa Riza sudah pergi ke Amerika, ia tinggal disana bersama tante serta omnya, Riza pergi tidak pamit dengan aku dan Shinta. Riza hanya menulis disebuah surat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Maafkan aku, aku pergi tidak bilang kepada kalian, aku disini tidak memiliki saudara lagi, ayah dan ibuku sudah pergi meninggalkanku selamanya. Sejujurnya aku tidak ingin pergi dari persahabatan kita, persahabatan yang sudah kita bina sewaktu kita kecil sampai sekarang, mungkin ini sudah takdir bahwa aku harus pergi dan meninggalkan kalian disini, aku memang sahabat yang kejam yang meninggalkan sahabat – sahabatku sendiri, tapi aku janji kepada kalian aku tidak akan pernah melupakan kalian sebagai sahabat terbaikku, kalian tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku disana tinggal besama tante dan omku.
Wassalam
Salam sayang sahabatku
Riza
Aku dan Shinta sangat sedih membaca surat itu, kenapa ia secepat itu pergi meninggalkan kita, wanita yang ku dambakan kini sudah pergi sekarang. Dua minggu setelah kepergian Riza di saat aku datang kerumah Shinta ingin mengatakan yang sebenarnya mengenai perasaanku tapi tiba – tiba datang seseorang laki – laki yang mengaku sebagai calon suami Shinta, Sungguh hati ini ingin menangis mendengar perkataan dari sang laki – laki tersebut. Lalu Shinta memberikan penjelasan “ apa yang ia katakan benar bahwa dia calon suami aku, sebentar lagi kami akan menikah”. Mendengar perkataan Shinta sungguh tidak kuat hati ini menahannya, akhirnya akupun pamitan untuk pulang ke rumah, di dalam perjalanan air mata aku turun begitu deras seperi air yang mengalir dengan deras dan tidak kuat menahannya, mungkin ini memang nasibku, mencintai seseorang tapi tidak dicintai seseorang, apa ini yang dikatakan bahwa cintaku bertepuk sebelah tangan, perasaan yang begitu dalam kepada Riza dan Shinta hanya aku seorang yang mengetahui, biarlah kisah dan cinta ini hanya aku yang tahu dan merasakannya. Akhirnya pernikahan Shinta telah dimulai, aku datang ke hari pernikahan Shinta, inginku bersalaman dengan Shinta tapi sungguh aku tidak kuat  menahan perih rasanya hati ini, melihat seseorang yang aku sayang dan cintai berdampingan di bangku pelaminan dengan orang lain. Mungkin aku harus mengikhlaskan Shinta dengan orang lain walaupun memang sakit hati ini rasanya tapi aku harus mendo’akannya semoga ia akan bahagia bersamanya amin, dan aku harus pergi meninggalkan semua perasaanku tehadap wanita yang aku damba yaitu Riza dan wanita yang aku cintai yaitu Shinta.