CINTA ATAU SAHABAT


Malam ini merupakan malam yang penuh dilema dalam hidupku. Bagaimana tidak menjadi sebuah dilema, hari ini tadi Imran lelaki kampus sebelah yang sholeh, tampan, baik hati, mandiri. Lelaki yang aku dambakan sejak pertemuanku dan Rachael sahabat karibku beberapa bulan lalu di sebuah kegiatan antarmahasiswa di Kota Tangerang menyatakan cintanya kepadaku, tetapi disisi lain Rachael sahabat dekatku juga sangat mencintai Imran. Begitupula Imran sesungguhnya juga mencintai Rachael terlihat lewat perhatian yang Imran berikan pada Rachael. Sesungguhnya pernyataan cinta yang diutarakan Imran tadi sore ia meminta pendapat kepadaku tentang apa yang tengah ia rasakan. Ini adalah ungkapan yang disampaikan Imran kepadaku :“ Intan, sesungguhnya aku telah jatuh cinta padamu, akan tetapi akupun tak bisa membohongi hati ini bahwa aku juga mencintai Rachael sahabat dekatmu, bagaimana menurutmu?”. Mendengar kalimat itu aku merasa bahagia karena cintaku tak bertepuk sebelah tangan akan tetapi aku merasa sangat bimbang mengapa cintaku harus diduakan. Hatiku penuh tanya dan gelisah, bagaimana aku mampu memberikan pendapat yang terbaik buat Imran sedang perasaanku sendiri sangat mencintainya. Apa aku harus konsultasi dengan Rachael tentang masalah ini. Perasaan gundah dan gelisah menyelimuti malamku. Ingin rasanya kupejamkan mata ini, akan tetapi lintasan bayangan wajah Imran dan Rachael terus membayang-bayangiku.  
Ku lihat waktu hampir menunjukkan pukul 11 malam, namun mata belum bisa terpejam. Ku coba mengambil buku untuk kubaca dan memberikan rasa kantuk, namun gagal juga usahaku ini. Ku ambil HP untuk mencoba menghubungi Rachael dan berkonsultasi masalah ini. Namun setelah kuambil HP dan ingin mencari nomor kontak Rachael terlihat waktu di layar HP menunjukkan pukul 23.54 akhirnya akupun tak jadi menghubungi  Rachael karena pertimbangan waktu. Ku tak beranjak dari tempat tidurku sambil merenungkan hari-hariku bersama dengan Rachael. Susah senang yang telah kami lewati berdua, hingga pada suatu hari kami terjebak dalam sebuah kemacetan dan kehujanan pasca berwisata dari Taman Satwa Ragunan Jakarta. Pada saat itu ku lihat waktu di jam tangan sudah  jam 8 malam namun kami berdua masih berada di Pondok Labu sedang teman-teman yang lain sudah duluan. Kami ketinggalan karena ban sepeda motor kami mengalami kebocoran sekitar jam 5 sore, setengah jam kemudian usai ban motor kami telah ditambal tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebat. Handphone kami berdua kebetulan semuanya low battery  sehingga  kami kesulitan menghubungi teman-teman yang lain. Ingin ke wartel tak ada satupun nomor teman-teman yang kami ingat,setelah kurang lebih 3 jam kami menunggu ternyata hujan tak reda-reda, akhirnya kami putuskan untuk pulang  pasrah ditengah guyuran hujan. Malam itu aku sudah benar-benar ketakutan untuk pulang ke rumah karena paling tidak membutuhkan waktu sekitar satu jam lagi untuk sampai di rumah dalam kondisi cuaca yang normal, sedang malam itu kondisi hujan yang sangat lebat dan macet karena banyak pohon yang tumbang , pasti lebih lambat dari waktu biasa dan sudah barang tentu aku tak akan dibukakan pintu. Sifat bapak disiplin dan rasa kasih sayang ibu yang takkan membiarkan anaknya menjadi anak yang terkesan nakal dan itu menjadi alasan mengapa bisa jadi aku tidak dibukakan pintu. Dengan ketenangan dan kedewasaan Rachael,  dia terus menenangkan diriku yang sedang gundah. Aku seharusnya malu dengan Rachael, dia saja tak mengeluh meski rumahnya lebih jauh dari rumahku.  Rachael rumahnya di Cadas sedang aku di Kebon Nanas, itu artinya dia akan lebih malam sampai d rumahnya.
Tak terasa dengan asyiknya cerita dan menikmati guyuran hujan akhirnya kami sampai di rumah aku. Dengan rasa ragu kuucapkan salam pada kedua orangtuaku. Beberapa kali kuucapkan salam tidak dibukakan pintu oleh bapak maupun ibu. Kemudian Rachael mengucapakan salam karena dia memiliki suara yang lebih keras daripada aku maka dengan hanya dua kali mengucap salam terdengar suara “ walaikumsalam,sapa ya?” suara bapak dari dalam, aku menjawab : “ Intan pak”. Kemudian bapak bertanya lagi : “Intan?”  Walau rasa sesungguhnya sangat  deg-degan aku mencoba untuk menenangkan diri. Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu terbuka, dengan rasa yang sangat mendebarkan ku terus menatap arah pintu. Seorang lelaki berjenggok dengan wajah yang cukup menyeramkan keluar dari dalam rumah, beliaulah bapak aku. Seperti dugaanku pasti bapak akan marah besar karena aku pulang terlalu malam tidak meleset, bukan sambutan hangat yang kami terima, tetapi luapan amarah bapak yang harus kami terima ”ini sudah jam berapa? Pantaskah wanita pulang ke rumah di atas jam 9 tanpa kabar berita? Ini sudah hampir jam sepuluh malam, untuk apa kalian pulang? kondisi cuaca hujan, apa kalian tidak memikirkan bagaimana gelisahnya ibumu di rumah? kalian itu wanita” kata bapak dengan penuh emosi sambil memarahiku, ku hanya bisa terdiam mendengarkan omelan bapak,  karena aku yang selama ini dikenal dengan anak yang penurut, patuh pada orangtua, tidak pernah pulang malam tak ingin menjadi anak yang durhaka, aku menganggap wajar orang tua  mengkhawatirkan anaknya. Dengan tenang dan kedewasaannya Rachael memberikan penjelasan.  “ Maaf pak sebelumnya, bukannya saya ingin ikut campur dan lancang, saya hanya ingin memberikan penjelasan saja mengapa kami bisa terlambat sampai rumah. Begini pak, seharusnya maghrib kami sudah sampai rumah. Akan tetapi halangan menimpa kami, di tengah kemacetan lalulintas Jakarta ban kami mengalami kebocoran. Teman-teman yang lain sudah duluan meninggalkan kami. HP kami semua low battery membuat kami mengalami kesulitan menghubungi siapapun termasuk bapak karena Intan juga tidak hafal nomor HP bapak. Setengah jam kami menambal ban tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, kami putuskan untuk berteduh terlebih dahulu di daerah Pondok Labu karena kami ketakutan dengan kondisi hujan yang sangat lebat. Setelah kurang lebih 3 jam kami menunggu hujan tak kunjung reda dan waktu telah menunjukkan jam 8 lebih kami putuskan untuk pulang saja dan ternyata di tengah jalan masih macet karena banyak pohon yang tumbang dan jalanan banjir. Begitulah sebabnya kami mengalami keterlambatan” ucap Rachael. Bapak mengangguk-ngangguk dan tak sadar beliau meneteskan airmata mendengarkan penjelasan Rachael.
Berkat jasa Rachael bapak bisa menerima dan akupun bisa lebih tenang, sekarang giliran Rachael yang mungkin bisa jadi juga diomeli orangtuanya karena sudah jam 10 malam belum memberi kabar pada orangtuanya, tanpa pikir panjang  Rachael mengecash HP  dan menghidupkannya untuk segera menghubungi orangtuanya yang mungkin sudah gelisah juga karena orangtua Rachael juga tak jauh berbeda sifatnya dengan orangtuaku yang sangat perhatian pada anak-anaknya. Untuk membalas jasa Rachael aku meminta bapak untuk menyampaikan hal yang sesungguhnya sekaligus mohon izin agar Rachael menginap di rumah kami saja karena waktu sudah lebih dari jam 10 malam takut terjadi apa-apa di jalan dan akhirnya orangtua Rachael memahami atas penjelasan bapak. Rachael pun tidur di rumah kami dan menggunakan baju ganti aku meski terlalu kecil untuknya.
Sebenarnya jasa Rachael tidak sampai di situ saja, ketika beberapa bulan lalu aku sedang putus cinta dengan Arya dan larut dalam kesedihan Rachaellah yang selalu memberiku motivasi dan terus menenangkanku. Masih teringat perkataannya Rachael yang mungkin tak akan ku lupa : “ wanita yang baik-baik itu akan mendapatkan lelaki yang baik-baik, tapi jangan hanya kita berbuat baik untuk mendapatkan lelaki yang baik, akan tetapi berbuatlah baik niscaya akan banyak lelaki baik yang akan menghampirimu.” Karena kata-kata itu aku berusaha untuk menjadi wanita yang baik-baik, seorang wanita sholehah. Dan sampai akhirnya sifat dan perilaku kami hampir sama meskipun kami bukan anak kembar. Ingat perkataan Rachael itu menyadarkanku dari lamunan, dan seolah membenarkan bahwa wanita baik-baik akan memperoleh lelaki yang baik, karena sosok Imran memang luar biasa, dia anak sholeh, berbakti pada orangtua, hidup mandiri, tutur bahasanya lembut dan menyejukkan tapi mengapa kami terjebak dalam cinta segitiga apa karena aku memiliki kemiripan sifat dengan Rachael.
Kulihat jam telah menunjukkan jam 3 pagi tapi aku belum juga bisa tidur, segera ku beranjak dari tempat tidur untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat malam, curhat pada Allah atas segala permasalahanku ini. Setelah aku melakukan sholat dan berdoa memohon petunjuk pada Allah, kusandarkan kepalaku ditembok kamar tempat aku sholat, tanpa terasa kutertidur dan memimpikan Rachael tersenyum manis di tempat yang asing yang belum pernah kami lihat namun tampak indah memandangiku dan ada Imran juga tersenyum lebar sambil memanggil kami berdua, kami mendekat dan Imranpun berkata “persahabatan tak boleh diputuskan”. Belum selesai aku bermimpi tiba-tiba adzan shubuh berkumandang dan membangunkanku dari mimpi.
Keesokan harinya aku bertemu Rachael dan kuceritakan semua apa yang telah terjadi  termasuk perkataan Imran yang mengucapkan kata cintanya padaku dan permohonan pertimbangan pendapat Imran padaku atas cinta segitiga kami. Di sela-sela waktu istirahat kami mencari tempat yang nyaman untuk sharing, akhirnya kami menemukan tempat di bawah pohon rindang di samping kampus yang jauh dari keramaian. Di sini aku ceritakan semua kejadian yang aku alami dari kemarin sampai hari ini. Aku sangka Rachael akan marah karena lelaki yang dicintainya mencintaiku juga. Tapi ternyata dugaanku salah, ternyata dia justru tersenyum manis sambil berkata : “mencintai dan dicintai itu hak manusia, siapapun boleh mencintai dan dicintai termasuk kamu ( Intan ) dengan Imran. Terima saja dia untuk mendampingimu dengan syarat sesuai ketentuan agama kita, tuntunan Rasulullah SAW”. Sambil meneteskan airmata aku sangat terharu mendengarkan ucapan Rachael, kutatap mata Rachael dan kucoba rasakan yang ia rasakan, walau dia berkata seperti itu dan mengikhlaskan Imran untukku, tapi sorot mata tidak bisa dibohongi. Rasa kecewa yang tersirat di wajahnya tidak bisa dia tutupi, akupun kembali berpikir bagaimanapun juga aku wanita dan bisa merasakan apa yang dirasakan Rachael. Di sini  Akupun tak langsung mengiyakan perkataan Rachael, namun kembali aku mengutarakan tentang mimpiku tadi yang lupa aku sampaikan. Setelah menyampaikan mimpiku pada Rachael aku mencoba untuk menganalisis mimpi itu: “Rachael mungkin kau bisa mengalah untukku secara lahir, tapi aku sebagai wanita dan sahabatmu tak mau bersenang-senang di atas penderitaanmu, mimpiku tadi pagi seolah mengisyaratkan bahwa jangan sampai persahabatan kita putus hanya karena cinta. Cinta bisa dicari, sahabat sulit untuk mencari, cinta tak harus memiliki dan kuyakin selama kita berbuat baik, InsyaAllah kelak di surga kita akan dipertemukan bertiga seperti dalam mimpiku tadi”  celotehku pada Rachael. Di sini giliran Rachael tidak sepakat, Rachael menginginkan salah satu dari kita mendapatkan Imran karena sayang kalau Imran jatuh dipelukan wanita yang bukan dambaannya dan justru perasaan kecewa yang terjadi. Rasa bersalah pasti akan menghinggapi kami suatu saat nanti.
Di tengah kebimbangan hati kami, melintaslah Imran di depan kami. Awalnya kami tidak tahu kalau Imran tengah melintas di depan kalau dia tidak menyapa kami karena memang kami tidak memperhatikan apa yang ada di sekiar kami.
Seusai  pulang kuliah kami berdua langsung menemui Imran yang kebetulan kampusnya tidak jauh dari kampus kami. Setelah melakukan pencarian kami bertemu dengan Imran dan dengan wajah yang nampak kaget karena kami datang berdua Imran menerima kami. Kami utarakan keputusan kami untuk menjadikan Imran sebagai sahabat dan saudara kami. Imranpun menyetujui kesepakatan kami dan  tampak lega juga wajahnya…..