Reinkarnasi




Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 19 November 2015

Di dalam sebuah kelas aku duduk sendiri sambil mengusap-usap mejaku yang telah rapuh dimakan usia aku hanya dapat menghela napas jika ini kelasku di masa depan berarti keadaannya 28 tahun lalu lebih baik. Sekarang sudah pukul 7 malam tapi tak ada seorang pun yang datang, di sini cuman ada aku seorang bisakah yang lain datang lebih cepat? Akhirnya murid-murid yang lain datang aku bisa sedikit lega, arwah yang mau belajar lagi itulah aku dan kawan-kawanku aku hanya bisa tersenyum kadang tangan ini tidak bisa membuka lembaran kertas buku yang nyata itu dan diriku? Diriku hanyalah roh seorang pelajar yang mati karena kecelakaan bersama teman sekelas di dalam bus.
“sudahlah jangan terlalu dipikirin kita bisa membacanya kan? Setidaknya walaupun rasanya susah untuk menyentuh buku-buku ini” kata Mary sambil tersenyum ke arahku dia mengambil sebuah kertas.
“apakah kau tahu apa ini?” tanyanya kemudian semua anak kelihatannya tertarik dengan kertas itu aku pun juga begitu gambarannya sedikit misterius.
“itu contekanmu tahun lalu?” tanya Miko.
“ah bukan mik” kata Mary.
“ini tuh bisa membuat kita hidup lagi” lanjutnya.
“hidup lagi? Dengan identitas yang kita miliki?” tanya Bayu.
“ya iyalah haduuhh aku baru inget jumlah kita kan 28 akunya cuman bawa 14 gimana nih?” kata Mary.
“ya elah Ry Ry ku kira kamu bawa pas buat kita” kata Nugraha.
“berarti kita harus menggunakannya bergantian dong?” tanyaku.
“ya begitulah aku baru inget kalau kita cuman akan menjadi setengah hidup” jawab Mary.
“ya nggak apa-apa Ry kita robek aja jadi dua” usul Nugraha.
“hanya itu hn..” kata Andre, perkataannya nggak jelas, dingin.
“Tiffany ayo kita coba!” seru Mary.
Kami semua pun mencoba kertas tersebut sebenarnya sih ini melanggar etik arwah tapi mau digimanain? Kami itu arwah remaja remaja yang galau (berlebihan) aku, Mary, Miko, Nugraha, dan Andre satu sekolah jelas kami memalsukan identitas kami yang sebenarnya. Beruntung administrasinya mudah banget.
“wah anak barunya banyak banget!” seru seseorang dari belakang. Kami berlima cuman tersenyum sekarang, kami berada di kelas V kelas yang sepi, cuman ada 20 orang di kelas ini ditambah kami jadi 25.
Guru pun menjelaskan pelajarannya. Pelajarannya mudah-mudah sehingga kami bisa mengerjakannya dengan mudah. Dengan berbagai pertanyaan saat bel istirahat berbunyi. “Nugraha kamu itu udah punya pacar belum?” tanya Rose, Nugraha terdiam.
“nggak kok em….” katanya sambil menutup mata dan tersenyum.
“namaku Tomi” kata seorang anak laki-laki.
“Miko.” Aku dan Mary sudah sangat mengenal sekolah ini jadi kami langsung pergi ke tempat favorit kami.
“nggak berubah sama sekali” kata Mary sambil tiduran di padang rumput sekolah. Aku tersenyum dan mengambil ancang-ancang untuk melompat.
“hoi jangan!” seru seorang anak laki-laki sambil berlari ke arah kami, aku membatalkan aksi ancang-ancangku dan Mary? Dia masih dalam posisi terlentang.
“jangan! Kalian emangnya nggak tahu kalau rumput itu berharga?” tanya anak itu jujur sebenarnya dia itu siapa?
“Kakak emangnya siapa?!” tanya Mary dengan nada keras aku mengisyaratkan Mary untuk diam aku memperhatikan wajah Kakak itu lebih serius.
Tiba-tiba hatiku terasa remuk karena aku mengingat belahan jiwaku dahulu sebelum aku meninggal.
“Randi?” kataku keheranan.
“dari mana kau tahu namaku? Padahal…” anak laki-laki itu melihat ke baju seragamnya, “padahal nggak ada letter namaku” aku hanya menatapnya.
“kok kami nggak boleh main di sini?” tanya Mary sambil berdiri.
“karena aku yang merawat rumput ini! Aku nggak mau kalau rumputnya itu sampai kotor atau rusak didudukin sama kalian!” kata Randi.
“dan kau dari mana kau tahu namaku?” aku hanya menunduk.
“watashiwa….”
“Mary! Tiffany!” teriak Miko sambil berlari ke arah kami di sampingnya ada Nugraha dan di belakang ada Andre dia tak berlari tapi berjalan santai.
“ku kira kalian di mana” kata Miko sambil mengatur napasnya.
“makanya jangan berlari” kata Andre sinis.
“hai semua kok ngumpulnya di sini?” tanya seorang cowok ku rasa dia temen kak Randi.
“eh bukannya…” kata Kakak itu sambil membenarkan letak kacamatanya, “kalian anak baru itu kan?” tanyanya.
“ya” kata Nugraha.
“pantesan” kata Randi.
“kamu marah ya karena rumput penantianmu rusak?” tanya cowok yang ternyata ketua osis itu sambil tersenyum. Pandangan Andre yang agak sinis membuat suasana agak serem.
“bulu kudukku kok merinding ya?” tanya kak Rudi si ketua osis.
“hei kamu! jawab pertanyaanku dari mana kau tahu namaku?” tanya kak Randi sambil menunjuk diriku.
“em…. kimiga bakada!” jawabku Nugraha terkejut mendengar perkataanku dan semua orang hanya ke heranan aku dan Nugraha emang pernah belajar bahasa jepang 5 tahun lalu.
“bener-bener dong dik” kata kak Randi.
“maaf ya kak dia ini pindahan dari japan gitu eh.. Jadi ngomong bahasa indonya kurang ngerti” kata Nugraha sambil cengar-cengir aku hanya mengangguk aku yakin di pikiran Nugraha itu.
“gawat kalau dia tahu kalau dirinya dibilang tolol sama Tifffany bisa bisa dia dihajar” “pakai bahasa inggris aja kalau nggak tahu bahasa indo” kata kak Rudi.
“kamu itu tolol! Itu aja” kataku memang kadang hatiku ini nggak menentu kadang datar dan kadang aja memuncak secara tiba-tiba.
“apa? Kamu bilang aku ini tolol?” kata kak Randi nggak percaya.
“iya kak! Masa nginjek rumput aja nggak boleh bukannya nggak ada tanda?” sahut Mary.
“anak baru udah cari masalah” kata kak Randi.
“kalau begitu tampar aja aku” kataku sambil menatap kak Randi lalu mendekatinya dan mendekatkan wajahku.
“ketauan deh kalau kak Randi tuh takut nampar anak perempuan” kata Miko.
“wow, wow ada banyak nih yang kenal sama kamu” kata Rudi.
“kamu meninggal ketika kau mengendarai mobil di jalan anggrek tanggal 16 november 2015″ kata Andre.
“kau masih merasakan sakit hati karena kekasihmu meninggal sebelum dirimu maka dari itu kau selalu menjaga tempat favoritnya di sini” kata Andre lagi Nugraha langsung menutup mulut kedua cowok itu.
“bohong palingan mereka kak” kata Nugraha kak Randi menatapku dia pun memalingkan muka dan pergi dari sana. Kak Rudi pun mengikuti kak Randi.
“kau masih suka ya?” tanya Mary.
“ya” jawabku sambil menatapa punggung kak Randi.
Dua hari pun berlalu Nugraha mulai menjadi “idola” baru di sekolah Mary jadi ketua cheerleader, Miko jadi jurnalis majalah sekolah Andre masuk sebagai seniman terhebat di sekolah dan aku? Aku si anak biologi lagi hehe. Ada yang suka dan juga ada yang nggak suka sama kami teruma Sarah dan teman-temannya kadang aku dan Mary dikerjain untung aja kami bisa ngehindar. Hingga suatu hari, Miko tiba-tiba jatuh dari kursinya aku rasa sifat arwahnya mulai ke luar. Dia sekarang bisa nembus sesuatu ku rasa dan aku yakin semakin meninggi matahari berarti semakin kembali sifat arwah kami. Jam istirahat aku pergi ke kantin ku sadari kak Randi sedang duduk lesu jadi ku putuskan untuk membelikannya jajan kesukaannya.
“fan, Fanny dimana kamu?” gumam kak Randi.
“hy kak!” sapaku sambil duduk dan memberikan jajan itu kepadanya.
“da darimana kau tahu kesukaanku?” tanyanya.
“deva ju..” jawabku sambil tersenyum.
Kami pun ngobrol-ngobrol matahari hampir berada di atas kepala tinggal sedetik lagi.
“Ran kau bicara sama siapa?” tanya Rudi sambil melihat sekeliling.
“nih sama Ti…” kak Randi terkejut karena tak melihatku ada di sini, sejujurnya aku masih di sini tapi tak bisa dilihat oleh siapapun.
“kamu pasti bukan cewek manusia biasa!” seru Sarah sambil mendorong Mary, Andre langsung menampar pipi Sarah.
“kenapa kamu Ndre? Aku itu suka sama kamu! aku cuman nggak suka aja kamu deket deket sama dia, dia kan orangnya nggak selevel”
“tapi dia teman baikku, sobatku. Temanku dunia ini dan akhirat teman selamanya nggak pernah terpisah selalu kan bersama” kata Andre.

Randi terbangun dari tidurnya karena suara tv bola yang sedang ditonton pukul 2 malam. Dia memutuskan untuk tidur kembali. Sebuah mimpi dengan adegan bus yang jatuh ke jurang dan 5 penumpang di antaranya itu kelima anak baru itu menjadi korban kecelakaan semua orang menangis karena kejadian tersebut termasuk seorang guru yang menangis sejadi-jadinya. Dia tahu siapa guru itu, dia juga melihat seorang cowok menangis sambil memanggil-manggil nama Tiffany dan ternyata cowok itu mirip dengannya. Dan latar pun berubah ke jalan raya dia melihat ada sebuah mobil bertabrakan dengan pohon di jalan anggrek dan ternyata pengemudi dari mobil itu adalah dirinya! Dan adegan pun berganti ke taman sekolah dia ada di sana! Dia menatap Tiffany yang sedang duduk di atas rerumputan taman sekolah.
“kak Randi aku masih cinta sama kamu sekarang dan selamanya” kata Tiffany sambil tersenyum.
Alarm jam weker pun membangunkannya. “Tiffany, aku, mereka dia?” Randi langsung melompat ke luar ruangan.
Ting tong! ting tong! Aku menatap langit yang biru, “kira-kira kita bakal dimarahin nggak ya?” tanya Mary.
“entahlah” jawabku.
“jelas.” sahut Miko.
“kok kamu tahu?”
“ya aku dikasih tahu kemarin bahwa hari ini hari terakhir kita di sini”
“What?!” kata Mary sambil meloncat dari bangkunya.
“kalian kenapa sih?” tanya Nugraha.
“nanti kita jelasinnya.”
“teman-teman aku mau mengundurkan diri dari tim ini” kata Mary.
“loh kok gitu?” tanya Tari.
“ya baguslah kalau kamu nggak ada” sahut Sarah sambil tersenyum.
“ya terserah apa kalian menanggapinya aku sudah memutuskan untuk mundur dari posisi ini dan sekaligus kel uar dari ekskul ini”
“Apa?!!”
“kamu nggak jadi kapten nggak apa-apa kalau kamu pergi dari sini, tak ada pemain sebagus kamu tahu,”
“tapi ini pilihanku.”
“tubuh kita mulai memudar” kata Nugraha.
“yah beginilah” sahut Miko.
“setidaknya aku sudah pernah jadi kapten cheerleader aku seneng”
“terus gimana dengan Tiffany?” tanya Andre.
“ku rasa dia pergi ke taman itu” sahut Nugraha.
“ayo kita ke sana!” seru Miko.
“sayonara no kanashibari, kanashikute ugokenai yuugure no eki no hoomu doa ga shimaru densha…” aku meneteskan air mata ketika menyanyikan lagu tersebut.
“kenapa nangis?” tanya kak Randi.
“ya pengen aja” jawabku sambil menggembungkan pipi.
“kalau kamu menahan tangis seperti itu kan? Seperti kebanyakan makan bakpao”
“dari mana Kakak tahu kalau aku itu makan bakpao?”
“emangnya siapa yang bilang kalau kamu begitu?” hening sejenak.
“fan jangan pergi” aku menoleh ke arah kak Randi hatiku sejenak berbunga-bunga tapi kemudian retak karena kenyataan yang pahit ini.
“kak…”
“jangan pergi! Aku nggak bisa kehilangan kamu untuk kedua kalinya. Nggak!” kak Randi memelukku erat, erat sekali sampai aku menyadari bahwa tubuhku mulai menipis, tipis, menipis, lalu menjadi debu-debu kecil dan terhempas angin.
“jangan lagi…” lirih kak Randi sambil mencoba mengambil butiran-butiran debu tersebut.
Tapi kenyataannya, “aku masih di depanmu kak masih di depan dirimu” tapi sayang dia tak dapat lagi mendengar dan melihat diriku.
“Kalian!!” seru guru kami ketika kami sudah sampai di tempat.
“maaf pak..” kata Miko sambil terkekeh.
“dasar anak-anak zaman sekarang.”
Cerpen Karangan: Shanti Savitri Ni Wayan