Gadis Kecil Menyebalkan

Sebagai anak tentara dan pebisnis aku tumbuh di lingkungan yang kurang kasih sayang. Di usiaku yang belum genap 5 tahun aku sering membuat ulah yang kadang membuat jengkel ayah dan ibuku.
Pernah suatu waktu aku membuat ibuku sangat marah dan menghukumku di kamar mandi. Ketika itu adikku yang belum genap satu bulan aku ganggu, aku cubit, aku goyang-goyangkan tempat tidurnya sampai ia menangis sangat keras. Kebetulan waktu itu aku sedang menemani adikku di kamar. Ibu yang di dapur membantu bibi memasak. Ketika adik menangis ibu melihat ke kamar dan menenangkan adik yang menangis. Beberapa saat kemudian adik sudah diam dari menangisnya. Ibu kembali lagi ke dapur dan adik ditinggal di kamar bersamaku.
Setelah memastikan keadaan aman dan ibu tidak melihat, aku kembali mencubit dan memukul adik sampai menangis. Ibu kembali ke kamar dan tidak menaruh kecurigaan sedikitpun kepadaku. Adik kembali ditenangkan oleh ibu. Adik sudah tertidur lagi dengan tenang dan ibu kembali lagi ke dapur. Aku kembali mencubit dan memukul adikku.
Kejadian itu berulang sampai lima kali baru ibu menaruh curiga padaku dan beliau mengintip dibalik pintu saat aku mau melakukan aksiku yang keenam. Ibu memergokiku saat aku memukul adik. Ibu marah besar padaku. Aku kemudian dihukum dalam kamar mandi yang begitu dingin sampai aku tak kuat menahan dingin dan berteriak-teriak minta tolong.
Aku melakukan perbuatan itu karena aku merasa cemburu atas kehadiran adikku. Aku merasa perhatian ibu sudah hilang dariku. Ibu sangat perhatian pada adikku. Aku merasa sudah tidak diperhatikan ibu lagi. Aku ingin mencari perhatian ibu. Dalam menjalani hukuman di kamar mandi selain aku menangis aku merasa menang karna telah mendapat perhatian dari ibu.
Suatu saat aku mulai merasa tidak diperhatikan ibuku lagi. Aku mulai membuat ulah membunyikan radio dengan sangat keras padahal saat itu adikku sedang tidur siang.Bisa dibayangkan betapa hebatnya reksi ibu saat itu kan? Aku membayangkan ibu akan memarahi dan menghukumku lagi. Ternyata kejadiannya berbeda, justru ibu mendiamkanku dan lebih menggendong adik berjalan-jalan menikmati suasana siang itu yang memang sangat sejuk, tidak panas dan tidak hujan pula.
Aku semakin jengkel dan merasa usahaku untuk mencari perhatian ibu gagal. Aku bersedih dan merenung di kamar. Setelah adik tertidur lagi dan ibu melihat aku sudah tidak di ruang tamu. Ibu menidurkan adik di kamarnya dan segera masuk ke kamarku. Dipeluk erat tubuhku, dielus rambutku sambil dinasehati dengan kata-kata lembut yang cukup menyentuh hatiku. Ibu berkata  “Kakak yang baik hati dan cerdas akan melindungi dan menyayangi adiknya”. Kata-kata itu meluluhkan hatiku yang begitu cemburu pada adikku. Mulai saat itu aku berhenti menjadi gadis kecil yang menyebalkan.